PANTAI SIUNG
Alamat: Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta,
Indonesia
Koordinat GPS: S8°10'54.7"
E110°40'58.5"
Pantai Siung kaya akan karang-karang
raksasa. Tebing karangnya memiliki 250 jalur pemanjatan, juga tempat tepat
untuk menikmati panorama pantai. Ada pula karang menyerupai siung wanara yang
menjadi dasar penamaan pantai.
- Pantai Siung, Memiliki 250 Jalur Panjat Tebing
Pantai Siung terletak di sebuah wilayah
terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya sebelah selatan kecamatan Tepus.
Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta, atau sekitar 2 jam
perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil menjadi
pilihan banyak orang, sebab memang sulit menemukan angkutan umum. Colt atau bis
dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, itupun mesti
menunggu berjam-jam.
Stamina yang prima dan performa kendaraan
yang baik adalah modal utama untuk bisa menjangkau pantai ini. Maklum, banyak
tantangan yang mesti ditaklukkan, mulai dari tanjakan, tikungan tajam yang
kadang disertai turunan hingga panas terik yang menerpa kulit saat melalui
jalan yang dikelilingi perbukitan kapur dan ladang-ladang palawija. Semuanya
menghadang sejak di Pathuk (kecamatan pertama di Gunung Kidul yang dijumpai)
hingga pantainya.
eolah tak ada pilihan untuk lari dari
tantangan itu. Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke Jalur Wonosari -
Baron dan Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah
diaspal mulus dan sempurna. Jalur lain melalui Yogyakarta - Imogiri - Gunung
Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang berlubang,
sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila ditempuh dari kota
Yogyakarta.
Seperti sebuah ungkapan,
"bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian", begitulah kiranya
perjalanan ke Pantai Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa
dirasakan ketika telah sampai di pantai. Birunya laut dan putihnya pasir yang
terjaga kebersihannya akan mengobati raga yang lelah.Tersedia sejumlah
rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan bercengkrama sambil
menikmati indahnya pemandangan.
Satu pesona yang menonjol dari Pantai
Siung adalah batu karangnya. Karang-karang yang berukuran raksasa di sebelah
barat dan timur pantai memiliki peran penting, tak cuma menjadi penambah
keindahan dan pembatas dengan pantai lain. Karang itu juga yang menjadi dasar
penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona yang
membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.
Batu karang yang menjadi dasar penamaan
pantai ini berlokasi agak menjorok ke lautan. Nama pantai diambil dari bentuk
batu karang yang menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai gigi
kera atau Siung Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa dinikmati
keindahannya, berpadu dengan ombak besar yang kadang menerpanya, hingga
celah-celahnya disusuri oleh air laut yang mengalir perlahan, menyajikan sebuah
pemandangan dramatis.
Karang gigi kera yang hingga kini masih
tahan dari gerusan ombak lautan ini turut menjadi saksi kejayaan wilayah Siung
di masa lalu. Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa para wali menjadi
salah satu pusat perdagangan di wilayah Gunung Kidul. Tak jauh dari pantai,
tepatnya di wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di tempat ini pula, berdiam
Nyai Kami dan Nyai Podi, istri abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Surakarta.
Sebagian besar warga Siung saat itu
berprofesi sebagai petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan kekayaan
garamnya sebagai sumber penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga Siung
inilah yang saat itu menjadi barang dagangan utama di pasar Winangun. Meski
kaya beragam jenis ikan, tak banyak warga yang berani melaut saat itu. Umumnya,
mereka hanya mencari ikan di tepian.
Keadaan berangsur sepi ketika pasar
Winangun, menurut penuturan Wastoyo, diboyong ke Yogyakarta. Pasar
pindahan dari Winangun ini konon di Yogyakarta dinamai Jowinangun, singkatan
dari Jobo Winangun atau di luar wilayah Winganun. Warga setempat kehilangan
mata pencaharian dan tak banyak lagi orang yang datang ke wilayah ini. Tidak
jelas usaha apa yang ditempuh penduduk setempat untuk bertahan hidup.
Di tengah masa sepi itulah, keindahan
batu karang Pantai Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, grup pecinta
alam dari Jepang memanfaatkan tebing-tebing karang yang berada di sebelah barat
pantai sebagai arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an, berlangsung
kompetisi Asian Climbing Gathering yang kembali memanfaatkan tebing karang
Pantai Siung sebagai arena perlombaan. Sejak itulah, popularitas Pantai Siung
mulai pulih lagi.
Kini, sebanyak 250 jalur pemanjatan
terdapat di Pantai Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat tebing.
Jalur itu kemungkinan masih bisa ditambah, melihat adanya aturan untuk dapat
meneruskan jalur yang ada dengan seijin pembuat jalur sebelumnya. Banyak pihak
telah memanfaatkan jalur pemanjatan di pantai ini, seperti sekelompok mahasiswa
dari Universitas Negeri Yogyakarta yang tengah bersiap melakukan panjat tebing.
Fasilitas lain juga mendukung kegiatan
panjat tebing adalah ground camp yang berada di sebelah timur pantai. Di ground
camp ini, tenda-tenda bisa didirikan dan acara api unggun bisa digelar untuk
melewatkan malam. Syarat menggunakannya hanya satu, tidak merusak lingkungan
dan mengganggu habitat penyu, seperti tertulis dalam sebuah papan peringatan
yang terdapat di ground camp yang juga bisa digunakan bagi yang sekedar ingin
bermalam.
Tak jauh dari ground camp, terdapat
sebuah rumah panggung kayu yang bisa dimanfaatkan sebagai base camp, sebuah
pilihan selain mendirikan tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup untuk 10 -
15 orang. Bentuk rumah panggung membuat mata semakin leluasa menikmati
keeksotikan pantai. Cukup dengan berbicara pada warga setempat, mungkin dengan
disertai beberapa rupiah, base camp ini sudah bisa digunakan untuk bermalam.
Saat malam atau kala sepi pengunjung,
sekelompok kera ekor panjang akan turun dari puncak tebing karang menuju
pantai. Kera ekor panjang yang kini makin langka masih banyak dijumpai di
pantai ini. Keberadaan kera ekor panjang ini mungkin juga menjadi salah satu
alasan mengapa batu karang yang menjadi dasar penamaan dipadankan bentuknya
dengan gigi kera, bukan jenis hewan lainnya.
Wastoyo mengungkapkan, berdasarkan
penuturan para winasih (orang-orang yang mampu membaca masa depan),
Pantai Siung akan rejomulyo atau kembali kejayaannya dalam waktu yang
tak lama lagi. Semakin banyaknya pengunjung dan popularitasnya sebagai arena
panjat tebing menjadi salah satu pertanda bahwa pantai ini sedang menuju
kejayaan. Kunjungan wisatawan, termasuk anda, tentu akan semakin mempercepat
teraihnya kejayaan itu.
0 komentar :
Posting Komentar