Home » , » Jurug Taman Sari Semoyo

Jurug Taman Sari Semoyo

Written By Irmansah on Jumat, 16 Mei 2014 | 21.02

JURUG TAMANASARI
Alamat : Wonosari, Semoyo, Patuk, Gunungkidul

Koordinat GPS : 7°52'17.1"S 110°29'08.4"E

Jurug Tamanasari Semoyo, salah satu pesona wisata dikawasan Patuk – Gunungkidul. Eksotisme wisata air jurug yang masih tersembunyi yang menjadikan daya tarik istimewa.

  • Jurug Tamansari, Surga dibalik bebatuan nan tandus.

Jurug Taman Sari (JTS), adalah satu destinasi wisata luar biasa yang hingga sekarang belum banyak dikenal orang. Tidak sulit menemukan tempat tersebut. Kondisi jalan dari Piyungan ke arah Kota Wonosari yang sangat mulus, memudahkan perjalanan kami siang hari itu.
Kecantikan Gunungkidul sudah dimulai ketika kami sampai di Bukit Bintang. Dari puncak tersebut, hamparan Kota Jogja tampak indah terlukis di batas cakrawala. Pasti lebih elok dinikmati saat malam tiba.

Tujuan utama kami hari itu adalah Dusun Wonosari, Desa Semoyo, Kecamatan Patuk. Sebuah kawasan desa dengan keindahan alamnya yang masih tersembunyi. Kampung ini berada sekitar 2 kilometer arah selatan kota Kecamatan Patuk. Memasuki dusun ini, kesan pertama yang muncul adalah keramahan sikap warganya menyambut siapa pun yang datang. 

Tapi tentu bukan itu satu-satunya daya tarik yang dimiliki Dusun Wonosari. Di sepanjang jalan tanah yang kami lewati menuju titik Jurug Lengkongsari, bebatuan besar menjulang di kiri kanan jalan. Beberapa ekor burung liar yang terkejut mendengar langkah kaki kami, sontak terbang menghambur keluar dari dahan pepohonan.

Jarak dari pintu masuk desa ke lokasi air terjun sebenarnya tidaklah jauh, hanya 500 meter. Namun karena medan jalan yang sulit, tak urung perjalanan itu membuat kami mandi keringat. Beruntung, apa yang kami dapatkan kemudian serasa benar-benar langsung mengobati segala keletihan. Tiga aliran air di lokasi yang berbeda-beda, Air Terjun Banyu Sumurup, Grejek-grejek, dan Lengkongsari, jatuh secara bersama-dari ketinggian 15 meter ke Sungai Semoyo yang mengalir di bawahnya.

Mendengar suara deburan airnya, tempias air yang mengabut di sekitar air jatuh dan membentuk dinding-dinding batu di sekilingnya, benar-benar telah mencuri perhatian kami saat itu. Terpana. Bagaimana bisa ada tempat sedahsyat ini hingga bertahun-tahun lamanya dibiarkan merana?

“ Sebenarnya sudah sejak lama kami menyadari keindahan air terjun dan panorama alam di desa kami itu,” ungkap Ketua POKDARWIS. Namun, lanjutnya, baru bulan Desember 2013 lalu dideklarasikan sebagai desa wisata, atas dorongan seorang wartawan sebuah televisi swasta, Rofieq. Selanjutnya, destinasi ini telah di-lounching Minggu 30 Maret 2014 yang lalu.

0 komentar :

Posting Komentar