CANDI BOROBUDUR
Alamat: Borobudur, Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia
Phone: +62 293 788 266 Fax: fax.: +62 293 788 132
Koordinat GPS: S7°36'28.3" E110°12'13.5"
Borobudur adalah candi Budha terbesar di
abad ke-9 yang berukuran 123 x 123 meter. Candi Borobudur selesai dibangun
berabad-abad sebelum Angkor Wat di Kamboja.
- Borobudur, Candi Budha Terbesar di Abad ke-9
Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi
Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang
mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder
Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya
sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun oleh Raja
Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa
Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya
Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang
selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun.
Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang
berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur
berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden
berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan
34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai
penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di
atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha
yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan
manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat
sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu,
melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut
Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu
namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha
diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan
di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan
manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas
yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief
indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara
runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi).
Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda,
yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi
masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang
mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar
merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di
Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi
Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan
media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. Saya mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar
dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada
abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat
di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal
naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha
mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan
mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa
pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path
to Enlightenment" atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum
terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika
dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa
mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena
letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti
lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa
yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.
Dengan segala kehebatan dan misteri yang
ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur
sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya,
anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar
dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa
pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas.
Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak
terkena dampaknya sama sekali.
0 komentar :
Posting Komentar